Keberuntungan, kah?




Sebuah keberuntungan atau mungkin ini adalah sebuah hasil yang saya usahakan? Entah lah, saya tidak tahu itu.

Ini adalah kisah sungguhan yang saya alami, mungkin ini adalah kisah terbaik yang saya pernah alami dikehidupan saya. Saya ceritakan dari awal dan secara singkat saja yaa.. semoga menginspirasi.

Saya adalah salah satu siswa di suatu SMK Swasta di Jakarta. Saya tidak pintar, tetapi tidak bodoh juga, alias biasa-biasa saja. Saya adalah orang yang aktif di OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Sekolah saya adalah sekolah yang terkenal dengan sekolah yang memiliki rasa sosial yang tinggi pada lingkungan sekitar, sehingga ada suatu organisasi yang mengajarkan kita tentang kerelawanan di sekolah tersebut. 

Pada saat itu saya duduk di bangku sekolah kelas XI jurusan Administrasi Perkantoran. Saya dikenal sebagai orang yang aktif di sekolah, orang yang humoris, banyak bicara dan hal-hal yang membuat guru-guru serta teman-teman saya mudah mengenal saya.

Pada saat itu, semua anggota OSIS di sekolah saya diwajibkan untuk mengikuti Organisasi kerelawanan tersebut. Saya sempat berpikir untuk tidak ingin masuk dalam organisasi kerelawanan tersebut, mungkin karna teman-teman yang mengkuti kegiatan relawan di sekolah selalu menceritakan hal yang negative tentang organisasi tersebut, mulai darikegiatannya yang membosankan, membuang-buang waktu, serta suatu kegiatan yang cukup melelahkan.

Tetapi, saya berpikir bahwa saya memiliki kewajiban untuk tetap masuk ke dalam organisasi tersebut, secara saya adalah orang yang memiliki loyalitas yang tinggi terhadap OSIS. Ketika saya masuk kedalam organisasi tersebut, saya awalnya memang melihat bahwa kegiatan yang ada pada organisasi tersebut memanglah kolot, bahkan saya berpikir tidak menguntungkan bagi saya. Tetapi, saya tetap menjalani. Saya berusaha mencintai apa yang saya lakukan saat itu. 

Hingga akhirnya, ada suatu reward yang membuat saya menggebu-gebu dalam menjalankan aktivitas pada organisasi tersebut. Reward nya adalaha “Barang siapa yang aktif dalam kegiatan organisasi kerelawanan, memiliki penampilan yang baik, attitude yang baik, serta mempunyai rangking pertama kelas, maka ia akan mendapatkan hadiah pelatihan kerelawanan gratis ke Taiwan”. Mulai saat itupun saya sadar, bahwa saya harus melakukan yang terbaik untuk diri saya, dan juga untuk organisasi yang sedang saya jalani ini. 

Saya pun berhasil mencintai hal-hal ataupun kegiatan yang saya jalani dalam organisasi tersebut. Saya mendapatkan banyak ilmu disana, mulai dari bersyukur, selalu berbuat baik antar sesama ataupun bersikap ramah antar sesama. Saya pun sadar, bahwa apa yang dibilang oleh kawan-kawan saya tentang hal-hal negative yang ada pada organisasi tersebut adalah karna mereka tidak enjoy atau tidak menikmati apa yang mereka jalani, dan alhasil adalah “nol” yang mereka dapat.

Balik lagi kepada reward yang saya impikan. entah karna apa, saya pun seperti yakin bawasannya saya akan mendapatkan reward tersebut. Saya menjalani kegiatan yang saya jalani dengan suka cita, dan saya pun meminta doa restu kepada orang tua saya “maah, doain aku yaa. Semoga aku bisa pergi ke Taiwan, Gratis!”. Kenapa saya ingin sekali pergi kesana? Mungkin karna pada saat itu, belum pernah ada anggota keluarga saya yang bisa pergi keluar negeri, jangankan keluar negeri, naik pesawat aja belum pernah.

Ibu saya pun mendoakan saya dengan penuh ikhlas, tetapi pas udah di tengah jalan, saya pun merasa down (tidak PeDe) karna saya tahu, saingan saya di kelas bukan lah orang-orang yang mudah dikalahkan. Mereka memiliki kepintaran di atas rata-rata saya, kerapihan serta attitude nya juga baik, dan mereka pun juga aktif dalam kegiatan organisasi tersebut.

Hingga akhirnya saya mendapatkan peringkat ke-5 di kelas saya, mulai dari situ saya mulai putus asa, dan terkadang ingin sekali melupakan impian atau keinginan saya tentang reward tersebut. Sekarang yang saya punya hanyalah keberuntungan, doa ibu, Tuhan, serta semangat saya yang semakin tersusut ini.

Hingga akhirnya, walikelas saya pada saat itu menanyakan kepada siswa yang menduduki peringkat pertama di kelas saya. Ia menanyakan, “bila kamu dapat kesempatan pergi ke Taiwan, apakah kamu mau? Apakah kamu siap?” lalu, teman saya yang terpintar di kelas tersebut mengatakan “tidak ingin”. Entah apa yang ada di otak nya saat itu, yang jelas pesaing saya berkurang dan saya pun bersyukur namun terheran dengan penolakan teman saya tersebut.

Lalu, teman saya yang menduduki peringkat ke-2 di kelas saya juga ditanyakan hal yang sama. Dan kawan saya yang satu ini menyatakan penolakannya, entah apa yang ada dibenaknya. Teman saya yang menduduki peringkat ke-3 dan ke-4 juga menyatakan penolakan, mereka memiliki alasan, katanya karna makanan disana tidak cocok dengan nya dan ia ingin pergi bukan ke Taiwan, tetapi ke Korea.

Sekarang giliran saya yang ditanya, saya pun dengan sangat bersemangat menyatakan ketersediaan saya untuk ikut pergi kesana. Saya tak pernah menyangka akan mendapatkan reward ini, semangat saya yang tadi nya semakin lama semakin menyusut pun kini sudah pulih kembali. Tetapi saya tidak boleh terlalu bahagia dulu, yang terpillih pun masih harus diseleksi, hanya bibit yang layaklah yang akan pergi kesana.

Saya pun merasa bahagia, setalah ada seorang guru yang memberikan informasi bahwa saya adalah salah satu orang yang akan pergi kesana, Gratis ! saya semakin yakin, setelah salah satu guru saya bilang bahwa dia adalah salah satu orang yang memilih saya untuk terbang ke sana. dan ternyata benar, saya berhasil mendapatkan reward itu dan membanggakan orangtua saya, khusus nya ibu saya yang mendoakan saya.

Inti nya adalah lakukanlah yang terbaik  yang sedang kamu jalani, keberuntungan mengikuti orang-orang yang melakukan kegiatan positif dengan sungguh-sungguh. Ini adalah salah satu keajaiban dalam hidup saya. Belum pernah mengalami? Doa ibu itu penting, jangan lupakan restu mereka, dan tetaplah bersyukur!

Komentar