Kisah Seorang Pak Haji yang Kaya Raya dan Pemuda Masjid yang Sederhana

Ini sebenarnya kisah yang pernah diceritakan oleh guru saya, sewaktu saya duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Kisah ini berawal dari adanya seorang muslim yang kaya pada suatu kampung, orang tersebut sudah pernah Haji ataupun Umroh. Kita sebut saja dengan panggilan pak “Haji”, ia adalah seorang yang memiliki toko (Agen), orang yang kaya, dan dikenal orang dengan bicara yang secukupnya bahkan cenderung cuek.
Di kampung tersebut juga ada seorang yang pemuda sederhana, tinggi yang semampai, dan dia dikenal sebagai orang yang ramah dengan setiap orang. Pemuda ini adalah seorang penjaga masjid, tidak memiliki rumah alias ngekost. Namun walaupun begitu, dia dikenal dengan orang yang suka beramal serta bersodakoh.

Pada suatu hari ada seorang tunawisma yang membutuhkan bantuan. Saat itu, sang tunawisma bingung untuk meminta pertolongan dengan siapa. Ia pun melintasi dan memasuki suatu perkampungan, ia melintasi rumah yang terbilang besar dengan sebuah toko (agen) dihadapannya. Saat itu tunawisma tersebut berpikir bahwa orang yang memiliki toko tersebut dapat menolongnya, dan sang tunawisma pun datang menemui sang pemiliki toko tersebut yang tidak lain dan tidak bukan adalah Pak haji yang sedang merapikan barang dagangannya. “Assalamuallaikum, pak. Ada air? Saya boleh minta?” Kata sang tunawisama tersebut dengan nada yang halus. Dan Pak haji pun hanya memberikan segelas air mineral tanpa berkata, dan langsung melanjutkan pekerjaannya lagi. “Pak, saya lapar, belum makan, bapak punya makanan lebih yang bisa saya makan?” seru sang tunawisma tersebut. Dan pak haji pun langsung memberikan sepotong roti dan berkata “kalau kamu mau cari tempat tinggal sementara, mending kamu ke masjid saja” sang tuna wisma pun langsung pergi menuju sebuah masjid di daerah perkampungan tersebut, sambil berpikir bahwa kehadirannya amat mengganggu pedagang tersebut. Sesampainya di masjid, ia melihat seorang pemuda yang terlihat sederhana sedang membersihkan masjid. “permisi dek” sapa sang tunawisma, Lalu dengan cepat sang pemuda berhenti sejenak dengan pekerjaannya dan menghampiri sang tunawisama tersebut. Sang tunawisma pun bertanya “saya boleh singgah disini untuk beberapa waktu?” sang pemuda pun menjawab dengan senyumnya yang khas “iya, pak. Asal kebersihan nya dijaga yaa.. memang bapak ini dari mana?” Tanya pemuda tersebut. “saya gak punya rumah dek, saya terkadang suka tidur diemperan toko ataupun jalan, tadi saya bertemu seorang pemilik toko dan beliau menyuruh saya untuk kesini.” Jawab sang tunawisma tersebut dengan wajah yang memelas. “bapak sudah makan?” Tanya pemuda, “saya sudah makan, tapi hanya sepotong roti” jawab sang tunawisma. Dan sang pemuda langsung segera pergi kerumah makan, membelikan sebungkus nasi beserta lauk dan air minumnya, dan memberikannya kepada sang tunawisama tersebut. Sang tunawisma tersebut pun berpikiran bahwa orang yang sederhana sepertinya saja dapat membelikan sebuah makanan yang enak kepada saya mengapa orang yang lebih kaya (pemiliki toko tadi) tidak bisa melakukan hal tersebut? Tak lama kemudian menetaplah tunawisma tersebut disebuah kost, dan diberikan pekerjaan oleh sang pemuda tersebut, untuk menyambung hidup nya. 

Tak lama hari berselang, dikampung tersebut akan mengadakan sebuah acara untuk merayakan hari Maulid Nabi Muhammad SAW, dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Para panitia acara pun menyebar dan meminta sumbangan kepada para warga, para panitia memiliki harapan besar kepada Pak haji yang bisa disebut sebagai orang yang berada alias kaya, untuk memberikan dana yang lebih besar dibanding warga-warga lainnya. Namun, para panitia pun sedikit kecewa dengan Pak haji, yang memberikan dana sedikit, bahkan lebih sedikit dari warga-warga lainnya. Lalu banyak orang yang menilai Pak haji adalah orang yang kikir, pelit dan tidak suka menolong, padahal dia adalah orang yang kaya raya. Kabar ini pun menyebar luas kepada warga-warga yang lain. Dan sebaliknya, panitia pun turut bangga dan senang ketika sang pemuda masjid yang sederhana (yang sewaktu itu menolong tunawisma) memberikan banyak dana dan bantuan untuk acara tersebut.

Makin hari, disetiap ada acara, sumbangan pembangunan masjid maupun sodakoh kepada pengemis. Pak haji hanya memberikan dana yang sedikit, yang berbanding terbalik dengan harta yang dimilikinya. Dan sebaliknya sang pemuda masjid, dikenal sebagai orang yang baik, orang yang senang bersodakoh, bahkan sering memberikan santunan kepada anak yatim. Padahal ia hanyalah seorang penjaga masjid yang sederhana bahkan cenderung tidak memiliki harta. 

Hingga suatu ketika, Pak haji terserang penyakit jantung, namun tidak ada yang menjenguknya, Kecuali sang pemuda masjid tersebut. Sang pemuda sudah mencoba mengajak beberapa warga untuk menjenguk Pak haji, namun semua nya menolak dengan alasan “untuk apa saya menjenguk orang yang pelit dan kikir seperti dia?”. Sang pemuda pun hanya bisa tersenyum dan mencoba untuk memberikan pengertian agar para warga tidak su’udzon dengan Pak haji, namun tetap saja para warga menolak ajakannya.
Tidak lama pun Pak haji menghembuskan nafas terakhirnya, sang pemuda begitu terlihat sedih, dan para warga pun heran kepada nya “Mengapa ia menangisi orang yang sudah pelit kepada warga?”. Banyak sekali warga yang menolak untuk mengurus jenazah pak haji, mungkin karna warga tidak menyukai sikap Pak haji yang terlihat pelit dan kikir. Jenazah Pak haji diurus oleh keluarga nya saja dan satu orang warga yang bukan dari keluarga nya, yaitu pemuda masjid tersebut.

Hingga akhirnya jenazah Pak haji dibawa ke tempat penguburannya, yang mengeherankan adalah kuburan Pak haji tercium harum sekali, tempat nya pun terlihat sejuk dan nyaman sekali. Sang pemuda masjid tersebut tidak henti membacakan doa untuk sang haji, hingga bercucuran air mata. Dan kuburan tersebut masih tercium wangi, hingga akhirnya pun harus ditinggalkan.

Sebaliknya dari penguburan, sang pemuda meilhat segerombolan warga sedang membicarakan sesuatu. Sang pemuda pun mengahmpiri nya dan berkata dengan suara yang cukup lantang, “wahai para warga! mengapa engkau tidak mau mengurus jenazah saudara kita? Apa kalian berpikir ia adalah orang yang pelit atau kikir? Apakah kalian tahu, uang yang selama ini aku gunakan untuk bersodakoh, untuk menyantuni anak yatim, dan untuk membantu hal-hal lainnya yang ada di perkampungan ini, itu uang siapa? Tidak lain dan tidak bukan, itu adalah uang beliau, uang orang yang baru saja meninggal dan tidak ada satupun yang mau mengurus nya. Selama ini beliau selalu memberikan uang yang berlimpah untuk disumbangkan melalui diriku, aku diperintahkan nya untuk merahasiakan hal ini. Tapi apa yang dia dapat dari kalian?” serentak seluruh warga pun mengucurkan air matanya dan mengucapkan “Subhanallah”

TAMAT.

Komentar